PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ingin menerapkan Green Information and Communications Technology (ICT) di jaringannya untuk mendapatkan efisiensi, Direktur Network IT & Solution Abdus Somad Arief menjelaskan, pada tahun 2016 Telkom secara umum memiliki setidaknya 4 program untuk mensukseskan implementasi Green ICT, yaitu Shutdown STO, Rehosting, Scrap Cabledan penerapan Always-On Cloud.
Salah satu bentuk eksekusi dari strategi itu adalah melakukan pemadaman (shutdown) STO (Sentral Telepon Otomat) ke-84 di Makassar. Program Shutdown STO adalah pemadaman sentral telekomunikasi yang merupakan lokasi beroperasinya kebanyakan perangkat sentral berbasis TDM (Time-Division Multiplexing). “Perkembangan layanan telekomunikasi dalam beberapa dekade terakhir mendorong penyesuaian teknologi. Seperti yang telah diketahui bahwa pada era 1990-an layanan telephony mendominasi dunia telekomunikasi namun semenjak 2010-an trend ini bergeser kepada layanan IP (Internet Protocol) di mana telephonysudah semakin menurun,” jelas nya. Pemadaman STO memberikan dampak luar biasa baik dari sisi efisiensi energi, beban electricity/ listrik, maupun pembebasan idle space/ruang lahan.
Berdasarkan data eksekusi program di Triwulan I, telah dilakukan pemadaman terhadap 9 STO di Pulau Jawa. Program ini terus bergulir, pada awal April Telkom melakukan pemadaman 10 STO dengan kapasitas lebih kecil di Sumatera, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara, serta Sulawesi. Rencananya pada tahun ini sebanyak 71 STO akan dipadamkan. Program kedua adalah Rehosting yang merupakan proses re-engineering/rekayasa terhadap komponen host sentral TDM di STO melalui migrasi ataupun pemindahan host/induk.
Rehosting ini masih berkaitan erat dengan program Shutdown STO, karena dengan pemindahan induk tersebut, maka induk yang ditinggalkan dapat dinon-aktifkan dan dipadamkan. Tahun lalu Telkom berhasil meraih efisiensi cukup signifikan dari program Rehosting dan Downgrade 15 host yang dilakukan pada Triwulan IV. Adapun Scrap Cable merupakan program ketiga yang dilakukan dalam rangka implementasi Green ICT Telkom. Scrap Cable sendiri merupakan dampak dari pemindahan jaringan akses tembaga menjadi kabel serat optik maupun pemadaman sentral TDM. Akibat pemindahan jaringan tersebut maka terdapat residu kabel tembaga yang tidak tergunakan yang sering disebut sebagai scrap copper cable.
Program keempat wujud implementasi Green ICT Telkom 2016 adalah Always-On Cloud, yaitu layanan penyediaan resource/sumber daya yang disediakan melalui jaringan data ataupun Internet, di antaranya Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS). Konsep layanan yang disediakan adalah sistem yang selalu online setiap saat dan siap digunakan senantiasa selama 7x24 jam.
Berkat pelaksanaan empat Program Green ICT tersebut, Telkom secara akumulatif telah sukses meraih cost leadership yang signifikan di tahun 2015, yakni sebesar Rp 766 miliar. Sementara di tahun 2016, hingga bulan April saja Telkom telah meraih cost leadership sebesar Rp 319,22 miliar.
“Angka itu diproyeksikan mampu mencapai Rp 1,018 triliun hingga penghujung tahun 2016 dengan asumsi seluruh program akan terlaksana tepat waktu dan seluruh target tercapai sesuai rencana,” pungkasnya. Dalam catatan, Telkom sepanjang triwulan pertama 2016 telah mengeluarkan belanja modal sekitar Rp 5,7 triliun yang dialokasikan untuk mendukung infrastruktur Telkomsel, dan pengembangan operasi anak usaha lainnya, serta pembangunan kabel laut untuk jalur internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar