System Development Life Cycle (SDLC)
A.
Sejarah System Development Life Cycle (SDLC)
System Development Life Cycle (SDLC) adalah
metodologi yang digunakan untuk menggambarkan proses untuk membangun sistem
informasi, dimaksudkan untuk mengembangkan sistem informasi dalam cara yang
sangat disengaja, terstruktur dan teratur, mengulangi setiap tahap siklus hidup
. Pengembangan sistem siklus hidup, menurut Elliott & Strachan &
Radford (2004), “berasal pada tahun 1960, untuk mengembangkan skala besar
fungsional sistem bisnis di zaman skala besar konglomerat bisnis . Sistem
informasi kegiatan berkisar berat pengolahan data dan angka-angka rutinitas “.
Beberapa kerangka kerja pengembangan sistem telah
sebagian didasarkan pada SDLC, seperti analisis sistem terstruktur dan metode
desain (SSADM) diproduksi untuk pemerintah Inggris Kantor Pemerintah Commerce
pada 1980-an. Sejak saat itu, menurut Elliott (2004), “pendekatan siklus
kehidupan tradisional untuk pengembangan sistem telah semakin digantikan dengan
alternatif pendekatan dan kerangka kerja, yang berusaha mengatasi beberapa
kekurangan yang melekat pada SDLC tradisional”. SDLC adalah proses yang
digunakan oleh analis sistem untuk mengembangkan sistem informasi, termasuk
persyaratan, validasi kepemilikan (stakeholder), pelatihan, dan pengguna.
Setiap SDLC harus menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan, mencapai selesai dalam waktu dan perkiraan biaya,
bekerja secara efektif dan efisien di saat ini dan direncanakan Teknologi
Informasi infrastruktur , dan murah untuk mempertahankan dan biaya-efektif
untuk meningkatkan. sistem komputer yang kompleks dan sering (terutama dengan
munculnya baru-baru arsitektur berorientasi layanan ) link beberapa sistem
tradisional berpotensi disediakan oleh vendor perangkat lunak yang berbeda.
Untuk mengelola tingkat kompleksitas, sejumlah model SDLC atau metodologi telah
diciptakan, seperti ” air terjun “;” spiral “;” Agile pengembangan perangkat
lunak “;” prototipe cepat “;” incremental “; dan” sinkronisasi dan menstabilkan
“. Model SDLC dapat dijelaskan sepanjang spektrum gesit untuk iteratif untuk
berurut. metodologi Agile, seperti XP dan scrum, fokus pada proses ringan yang
memungkinkan untuk perubahan yang cepat di sepanjang siklus pengembangan.
Iteratif metodologi, seperti kesatuan proses rasional dan dinamis pengembangan
sistem metode, fokus pada lingkup proyek terbatas dan memperluas atau
memperbaiki produk oleh beberapa iterasi. Sequential atau besar-desain-up-depan
(BDUF) model, seperti Air Terjun, fokus pada perencanaan lengkap dan benar
untuk membimbing proyek-proyek besar dan risiko untuk hasil yang sukses dan
dapat diprediksi. Model-model lain, seperti Pembangunan Anamorphic, cenderung
fokus pada bentuk pembangunan yang dipandu oleh ruang lingkup proyek dan
iterasi pengembangan fitur adaptif.
Dalam manajemen proyek dapat didefinisikan baik dengan siklus hidup
proyek (PLC) dan SDLC, selama kegiatan yang sedikit berbeda terjadi. Menurut
Taylor (2004) “siklus hidup proyek mencakup semua kegiatan proyek, sedangkan
siklus hidup pengembangan sistem berfokus pada produk menyadari persyaratan “.
B.
System Development Life Cycle (SDLC)
System Development
Life Cycle atau bisa disebut SDDC, merupakan siklus pengembangan dalam sistem.
SLDC ini berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama dan langkah dari
setiap tahapan yang secara garis besar terbagi dalam empat kegiatan utama,
yaitu initiation, analysis, design dan implementation. Setiap kegiatan dalam
SDLC dapat dijelaskan melalui tujuan dan hasil dalam kegiatannya. SDLC
didefinisikan oleh Departemen Kehakiman AS sebagai sebuah proses pengembangan
software yang digunakan oleh analyst system, untuk mengembangkan sebuah sistem
informasi. SDLC mencakup kebutuhan, validasi, pelatihan, kepemilikan sebuah
sistem informasi yang diperoleh melalui investigasi, analisis, desain,
implementasi, dan perawatan software. Software yang dikembangkan berdasarkan
SDLC akan menghasilkan sistem dengan kualitas yang tinggi, memenuhi harapan
penggunanya, tepat dalam waktu dan biaya, bekerja dengan efektif dan efisien
dalam infrastruktur teknologi informasi yang ada atau yang direncanakan, serta
murah dalam perawatan dan pengembangan lebih lanjut. Dalam sebuah siklus SDLC
ini, terdapat enam fase atau langkah. Fase-fase tersebut adalah:
1.
System/Information Engineering and Modeling
Pengembangan sistem informasi dimulai dengan mengadakan penelitian
terhadap elemen-elemen kebutuhan dalam sistem yang bersangkutan serta
mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dan menjabarkan kedalam panduan
sistem di tahap berikutnya. Aspek-aspek yang berkaitan berupa elemen-elemen
dalam sistem, baik itu sumber daya manusia, peraturan perundang-undangan,
perangkat keras (hardware), prosedur kerja organisasi maupun beragam aspek
lainnya, baik yang terkait secara langsung maupun tidak dengan sistem
komputerisasi yang akan dibangun. Fase ini merupakan fase yang sangat penting
(essential) untuk mendapatkan gambaran utuh sistem guna pengembangan sistem
bersangkutan kedalam bentuk penerapan sistem yang berbasis komputerisasi.
2.
Requirements Model
Dalam tahapan ini, melakukan investigasi kebutuhan-kebutuhan sistem
untuk menentukan solusi perangkat lunak (software) yang akan digunakan sebagai
tulang punggung proses komputerisasi bagi sistem. Hasil dalam investigasi
berupa rekomendasi kepada pengembang sistem dalam hal spesifikasi teknis proses
pengembangan sistem untuk tahap berikutnya yang berisikan hal-hal berkaitan
dengan kebutuhan personal (personnel assignments), biaya (costs), jadwal
pelaksanaan (project schedule), and batasan waktu penyelesaian pekerjaan
(target dates). Di samping itu juga direkomendasikan beragam aspek teknis
pengembangan software baik berupa fungsi-fungsi yang dibutuhkan (required
function), karakteristik sistem (behavior), performa sistem (performance) dan
antar muka aplikasi (interfacing).
3.
Systems Analysis and Design
Pada system analysis and design ini mendefinisikan proses-proses dan
kebutuhan-kebutuhan sistem yang berkaitan dengan pengembangan aplikasi
(software development process). Dalam fase ini ditentukan pemilihan teknologi
yang akan diterapkan baik berupa client/server technology, rancangan database,
maupun beragam aspek lainnya yang berkaitan dengan kegiatan analisis dan
perancangan ini.
4.
Code Generation
Dalam hal ini hasil dari fase-fase sebelumnya dituangkan kedalam
penulisan kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman komputer yang telah
ditentukan dalam tahap sebelumnya. Untuk melakukan pemrograman ini dibutuhkan
perangkat-perangkat pemrograman seperti Code Editor, Compiler, Interpreter dan
aneka perangkat lunak berkaitan lainnya sesuai dengan kebutuhan pemrograman bersangkutan.
5.
Testing
Setelah proses penulisan kode pemrograman langkah berikutnya berupa
proses pengujian terhadap hasil pemrograman tersebut . Pengujian mencakup
beragam aspek yang berkaitan dengan System & Performance dari fase Code
Generation. Pengujian-pengujian tersebut berupa Pengujian Database, Pengujian
Validitas Data, Pengujian Logic Aplikasi, Pengujian Antar Muka Aplikasi
(General User Interface/GUI), Pengujian User Administration. Hasil pengujian
ini merupakan Umpan balik perbaikan System & Performance yang akan
digunakan dalam proses perbaikan sistem hingga mencapai hasil yang diharapkan
dan telah ditentukan sebelumnya.
6.
Maintenance
Fase ini merupakan fase perawatan terhadap sistem yang telah
dikembangkan dan diimplementasikan. Cakupan fase ini berupa proses perawatan
terhadap sistem yang berkaitan dengan perawatan berkala dari sistem maupun
proses terhadap perbaikan sistem manakala sistem menghadapi kendala dalam
operasionalnya akibat masalah teknis dan non teknis yang tidak terindikasi
dalam proses pengembangan sistem. Proses Maintenance ini juga meliputi
upaya-upaya pengembangan terhadap sistem yang telah dikembangkan sebelumnya
dalam menghadapi mengantisipasi perkembangan maupun perubahan sistem
bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar